Kamis, 05 November 2015

Serangan Kimia Adalah Ciri ISIS

lemari asam - Pelaku peledakan di ITC Depok yang terjadi tanggal 23 Febuari lalu masih belum ditemukan tetapi pakar menduga pelaku peledakan adalah veteran penjuang ISIS dari Suriah.

"Metode penggunaan bahan kimia mengandung klorin ini sangat mengejutkan karena ini adalah ciri khas tindakan yang dilakukan oleh the Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)," kata Asisten Perencanaan dan Anggaran dari Kepolisian Negara Repulik Indonesia (Kapolri) Tito Karnavian dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC) di Jakarta tanggal 25 Maret.

Tito berkata bahwa jika empat container bom tersebut meledak ini bisa mematikan karena ledakan ini menghasilkan gas klorida. Tetapi bomb rakitan tersebut tidak berfungsi sepenunya dan hanya menhasilkan satu letupan kecil.

"Kita mujur saja kali ini," katanya.

Solahudin, pakar terorisme yang juga seorang staf peneliti di Universitas Indonesia (UI), berkata bahwa veteran ini kemungkinan telah belajar membuat bom klorin sewaktu di Suriah.

"Pelakunya belum tertangkap jadi pihak kepolisian juga belum bisa memberikan konfirmasi apakah benar mereka veteran ISIS dari Suriah," kata Solahudin kepada BenarNews disela-sela diskusi.

"Kalau benar pelakunya adalah veteran ISIS dari Suriah maka bisa jadi mereka telah belajar di Suriah. Kalau bukan kemungkinan mereka belajar online," terang Solahudin.

Ia juga mengatakan bahwa bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan bomb klorin ini sangat mudah didapat.

"Di tahun 2012 di Solo polisi menangkap pelaku bomb yang menggunakan bahan cairan tapi bukan klorin, melainkan nitro gliserin (bahan peledak cair). Setelah proses investigasi polisi menemukan bahwa pelaku banyak belajar dari buku tentang cara membuat bomb peledak," tambah Solahudin.

Tim Penyidik dan analis di laboratorium forensik Mabes Polri telah berhasil mengurai unsur-unsur dari bom kimia yang diletakkan di ITC Mall Depok.

"Ada lima unsur kimia di dalam larutan kimia itu, yang tentu tidak bisa kami publikasikan karena nanti bisa ditiru. Lima zat itu didapatkan setelah kami urai di laboratorium forensik. Gawatnya, unsur-unsur itu bisa dibeli di toko kimia biasa," sumber yang enggan disebutkan namanya berkata kepada Beritasatu tanggal 25 Maret.


Apakah Indonesia target ISIS?

Pakar kontra terorisme menganalisa gerakan rekruitmen dan propaganda ISIS di Indonesia dengan berbagai sudut pandang dan analisa.

Solahudin misalnya berpendapat bahwa Indonesia bukanlah target utama ISIS. Menurut Solahudin gerakan jaringan ISIS yang tersebar di Indonesia berhasil ditangani oleh pihak apparatus dengan cepat.

Ini dibuktikan dengan banyaknya jumlah pemimpin militan yang telah tertangkap, diadili dan dimasukkan ke dalam penjara. Akibatnya kelompok militan ini melemah dan mereka tidak lagi menargetkan untuk melakukan serangan di Indonesia. Mereka memilih pergi ke Irak dan Suriah dengan segala cara.

"Polisi telah berhasil meringkus gerakan meraka. Kapasitas kelompok-kelompok teror ini telah melemah.Yang lebih prioritas bagi mereka adalah untuk berjihad ke Irak dan Suriah," kata Solahudin.

Pendapat ini disanggah oleh pakar terorisme Agus Maftuh Abegebriel yang mengatakan bahwa setelah berhasil melumpuhkan Timur Tengah, Indonesia akan menjadi target ISIS berikutnya.

"Letak Indonesia memang jauh dari Timur Tengah, tetapi dengan mayoritas penduduk Muslim dan dengan kemajemukan yang kompleks, Indonesia mempunyai potensi sebagai target ISIS," kata Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta kepada BenarNews via telefon.

Agus mengingatkan bahwa ISIS jauh lebih besar dan secara finansial lebih kuat dari pada al Qaeda.

"Tujuan ISIS adalah membentuk negara dengan sistem Khalifah dan menguasai negara," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar